SOSIALISASI
Setiap orang sejak kecil sampai akhir hayatnya menjalani proses sosialisasi. Sosialisasi pada dasarnya merupakan suatu proses pembentukka kepribadian.
Pengertian Sosialisasi
Sosialisasi adalah sebuah proses mempelajari, menghayati, dan menanamkan suatu nilai, norma, peran. Penanaman terjadi dari suatu generasi ke generasi lainnya dalam sebuah keluarga, kelompok atau masyarakat. Sejumlah sosiolog menyebutkan sosialisasi sebagai teori mengenai peranan yang harus di jalankan oleh individu.
Sosialisasi Dalam Diri
Proses seseorang memperoleh pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang akan diperlukannya agar dapat berfungsi sebagai pemeran aktif dalam suatu kedudukan atau peranan di masyarakat.Sosialisasi diri di bedakan menjadi dua,sosialisasi sempurna dan tidak sempurna.
Proses seseorang memperoleh pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang akan diperlukannya agar dapat berfungsi sebagai pemeran aktif dalam suatu kedudukan atau peranan di masyarakat.Sosialisasi diri di bedakan menjadi dua,sosialisasi sempurna dan tidak sempurna.
Sosialisasi sempurna, terjadi bilamana pelaku atau remaja bisa memilih mana yang baik dan buruk baginya yang harus dilakukannya.Dengan begitu, remaja tersebut dapat ber kembang dengan kondisi fisik da psikis yang sesuai dengan usianya. Sosialisasi sempurna sangat banyak manfaatnya bagi perkembangan remaja.
Ada sikap saling mengingatkan (CARE) antar sesama yang paling berpengaruh dalam terbentuknya kepribadian yang baik dalam bersosialisasi. Selain itu,orang tua pun tidak akan resah terhadap sosialisasi yang dilakukan anaknya. Karena mereka akan melihat sisi positif dari sosialisasi sang anak melaui perilakunya, baik di dalam keluarga maupun di masyarakat.
Sebaliknya,Sosialisasi tidak sempurna akan terjadi pada remaja yang akan selalu menelan mentah-mentah apa yang ia temui dalam bersosialisasi.Ia tidak mempedulikan akibat yang aakn terjadi jika ia melakukan tindakan sesuai dengan usianya.Seiring dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi,bukan berita baru lagi seorang remaja saat ini bertindak jauh lebih dewasa.
Dampak sosialisasi ini sangat buruk bagi perkembangan remaja,bisa meresahkan orangtua dan masyarakat sekitar. Telah kita ketahui bahwa remaja yang sedang mencari identitas dirinya akan melakukan apapun demi sesuatu diketahuinya yang membuat melakukan tindakan yang menyimpang.
Mengatasinya,dapat kita lakukan dengan berbagai cara.Diantaranya yaitu peranan dari keluarga sehingga seorang anak mendapat perhatian dan dukungan moril yang besar dari keluarga. Dengan adanya hal tersebut, dimaksudkan sosialisasi anak akan lebih baik dan terarah. Sehingga baik buruk tindakn yang akan dilakukan bisa dipikirkan secara masak. karena ia tidak ingin keluarganya kecewa akan apa yang ia lakukan.
Selain itu pendekatan diri pada Tuhan Yang Maha Esa juga sangat di perlukan. Hal ini dapat menjadikan remaja berfikir ulang kembali untuk melakukan suatu tindakan yang buruk, karena ia tahu bahwa tindakkan yang tidak benar dan menyimpang adalh dosa yang kelak akan dipertanggungjawabkan nanti.Pendekatan diri pada Tuhan YME ini sudah seharusnya diajarkan orang tua sejak dini. Sehingga dalam perkembangan menuju kedewasaannya seorang seorang anak sudah memiliki pegangan hidup, yakni tebalnya iman yang melekat pada dirinya.
Jenis Sosialisasi
Berdasarkan jenisnya,sosialisasi dibagi menjadi dua yaitu; Sosialisasi Primer yang terdapat didalam keluarga dan Sosialisai Sekunder yang terdapat di dalam masyarakat. Terdapat sejumlah individu dalam situasi yang sama,terpisah dari masyarakat luas dalam jangka waktu tertentu,bersama-sama menjalani hidup yang terkurung,dan diatur secara formal.
Sosialisasi Primer, Sosialisasi pertama semasa kecil dengan belajar menjadi bagian anggota masyarakat (keluarga). Sosialisasi primer berlangsung saat usia 1 sampai dengan 5 tahun atau saat anak belum memasuki bangku sekolah.Dan mulai mengenal anggota keluarga dan lingkungan keluarganya. Secara bertahap ini ia mulai membedakan dirinya dengan orang lain.Anak yang mulai beranjak dewasa akan lebih mencari identitas dirinya dan aka sering mengalaminya,karena hal tersebut merupakan proses alamiah.
Sosialisasi Primer, Sosialisasi pertama semasa kecil dengan belajar menjadi bagian anggota masyarakat (keluarga). Sosialisasi primer berlangsung saat usia 1 sampai dengan 5 tahun atau saat anak belum memasuki bangku sekolah.Dan mulai mengenal anggota keluarga dan lingkungan keluarganya. Secara bertahap ini ia mulai membedakan dirinya dengan orang lain.Anak yang mulai beranjak dewasa akan lebih mencari identitas dirinya dan aka sering mengalaminya,karena hal tersebut merupakan proses alamiah.
Dalam tahap ini, peran orang-orang terdekat dengan anak sangat penting,sebab seorang anak melakukan pola interaksi secara terbatas didalamnya. Warna kepribadian seorang anak sangat ditentukan oleh warna kepribadian dan interaksi yang terjadi anak dengan anggota keluarga terdekatnya.
Sosialisasi Sekunder,adalah suatu proses sosialisasi lanjutan setelah sosialisai primer yang memperkenalkan individu ke dalam masyarakat. Sqalah satu bentuknya adalah resosialisasi dan desosialisasi. Dalam proses resosialisasi seseorang di beri suatu identitas baru. Sedangkan proses desosialisai seseorang mengalami pencabutan atau pergantian identitas diri yang lama.
Tipe Sosialisasi
Pada setiap kelompok masyarakat mempunyai standar dan nilai yang berbeda . Di sekolah, misalnya, seseorang disebut baik apabila mendapatkan nilai yang bagus atau selalu masuk sekolah. Sementara itu di kelompok sepermainan, seseorang disebut baik apabila solider dengan teman atau saling membantu. Ada dua tipe sosialisasi sebagai berikut;
Formal, Sosialisasi ini terjadi melalui lembaga-lembaga yag berwenang menurut ketentuan yang belaku dalam negara, seperti pendidikan di sekolah dan pendidikan militer.
Informal, Sosialisasi tipe ini terdapat dalam masyarakat atau dalam pergaulan yang bersifat kekeluargaan, seperti antara tema, sahabat, sesama anggota, dan kelompok-kelompok sosial yang ada di dalam masyarakat.
Pola Sosialisasi
Sosialisasi dapat dibagi menjadi dula pola juga, sosialisasi represif dan sosialisasi partisipatoris. Sosialisasi represif(repressive socialization) menekankan pada penggunaan hukuman terhadap kesalahan. Ciri lain dari sosialisasi represif adalah penakanan kepatuhan anak pada orang tua, penakan pada komunikasi yang bersifat satu arah yang berisi perintah dan keinginan orang tua, dan peran keluarga sebagai significant other.
Sosialisasi partisipatoris (participatory socialization) merupakan pola dimana anak diberi imbalan ketika berprilaku yang baik. Selain itu, hukuman dan imbalan bersifat simbolik. Dalam proses sosialisasi ini anak diberi kebebasan. Penekanan diberikan pada interaksi dan komunikasi bersifat lisan yang menjadi pusat sosialisasi anak dan keperluan anak.
Proses Sosialisasi
Sosialisasi Sekunder,adalah suatu proses sosialisasi lanjutan setelah sosialisai primer yang memperkenalkan individu ke dalam masyarakat. Sqalah satu bentuknya adalah resosialisasi dan desosialisasi. Dalam proses resosialisasi seseorang di beri suatu identitas baru. Sedangkan proses desosialisai seseorang mengalami pencabutan atau pergantian identitas diri yang lama.
Tipe Sosialisasi
Pada setiap kelompok masyarakat mempunyai standar dan nilai yang berbeda . Di sekolah, misalnya, seseorang disebut baik apabila mendapatkan nilai yang bagus atau selalu masuk sekolah. Sementara itu di kelompok sepermainan, seseorang disebut baik apabila solider dengan teman atau saling membantu. Ada dua tipe sosialisasi sebagai berikut;
Formal, Sosialisasi ini terjadi melalui lembaga-lembaga yag berwenang menurut ketentuan yang belaku dalam negara, seperti pendidikan di sekolah dan pendidikan militer.
Informal, Sosialisasi tipe ini terdapat dalam masyarakat atau dalam pergaulan yang bersifat kekeluargaan, seperti antara tema, sahabat, sesama anggota, dan kelompok-kelompok sosial yang ada di dalam masyarakat.
Sosialisai formal dan sosialisasi informal tetap mengarah kepada pertumbuhan pribadi anak agar sesuai dengan nilai dan norma yang berlaku di lingkungan masyarakatnya. Meskipun proses sosialisasi dipisahkan secara formal dan informal, namun hasilnya sangat sulit untuk dipisah-pisahkan karena individu biasanya mendapat sosialisasi formal dan informal secara bersamaan.
Pola Sosialisasi
Sosialisasi dapat dibagi menjadi dula pola juga, sosialisasi represif dan sosialisasi partisipatoris. Sosialisasi represif(repressive socialization) menekankan pada penggunaan hukuman terhadap kesalahan. Ciri lain dari sosialisasi represif adalah penakanan kepatuhan anak pada orang tua, penakan pada komunikasi yang bersifat satu arah yang berisi perintah dan keinginan orang tua, dan peran keluarga sebagai significant other.
Sosialisasi partisipatoris (participatory socialization) merupakan pola dimana anak diberi imbalan ketika berprilaku yang baik. Selain itu, hukuman dan imbalan bersifat simbolik. Dalam proses sosialisasi ini anak diberi kebebasan. Penekanan diberikan pada interaksi dan komunikasi bersifat lisan yang menjadi pusat sosialisasi anak dan keperluan anak.
Proses Sosialisasi
Menurut George Herbert Mead, berpendapat bahwa sosialisasi yang dilalui seseorang dapat dibedakan melalui tahap-tahap seperti berikut ini;
Tahap persiapan (Preparatory Stage), Tahap ini dialami sejak manusia dilahirkan dalam kondisi tak berdaya, saat seorang anak mempersiapkan diri untuk mengenal dunia sosialnya, termasuk untuk memperoleh pemahaman tentang diri. Pada tahap ini juga anak-anak mulai melakukan kegiatan meniru meski tidak sempurna.
Tahap meniru (Play Stage), Tahap ini ditandai dengan semakin sempurnanya seorang anak menirukan peran-peran yang dilakukan oleh orang dewasa. Pada tahap ini mulai terbentuk kesadaran tentang nama dirinya, dan orang-orang yang berada disekelilingnya. Dengan kata lain, kemampuan untuk menempatkan diri pada posisi orang lain juga mulai terbentuk pada tahap ini. Kesadaran bahwa dunia sosial manusia berisikan banyak orang telah mulai terbentuk. Sebagian dari orang tersebut merupakan orang-orang yang dianggap penting bagi pembentukan dan bertahannya diri, yakni dari mana anak menyerap norma dan nilai. Bagi seorang anak, orang-orang ini disebut orang-orang yang amat berarti (Significant other)
Tahap siap bertindak (Game Stage),Peniruan yang dilakukan sudah mulai berkurang dan digantikan oleh peran yang secara langsung dimainkan sendiri dengan penuh kesadaran. Kemampuannya menempatkan diri pada posisi orang lain pun meningkat sehingga memungkinkan adanya kemampuan bermain secara bersama-sama. Dan mulai menyadari adanya tuntutan untuk membela keluarga dan bekerja sama dengan teman-temannya. Pada tahap ini lawan berinteraksi semakin banyak dan hubunganya semakin kompleks. Individu mulai berhubungan dengan teman-teman yang sebayanya di luar rumah. Peraturan-peraturan yang berlaku di luar keluarganya secara bertahap juga mulai dipahami. Bersamaan dengan itu, anak mulai menyadari bahwa ada norma tertentu yang berlaku di luar keluarganya.
Tahap penerimaan norma kolektif (Generalized Stage/Generalized other), Pada tahap ini seseorang telah dianggap dewasa. Dia sudah dapat menempatkan dirinya pada posisi masyarakat secara luas. Dengan kata lain, ia dapat bertenggang rasa tidak hanya dengan orang-orang yang berinteraksi dengannya tapi juga dengan masyarakat luas. Manusia dewasa menyadari pentingnya peraturan, kemampuan bekerja sama bahkan dengan orang lain yang tidak dikenalnya. Manusia dengan perkembangan diri pada tahap ini telah menjadi warga masyarakat dalam arti sepenuhnya.
Agen Sosialisasi
Agen sosialisasi adalah pihak-pihak yang melaksanakan atau melakukan sosialisasi.Terdapat
empat agen sosialisasi yang utama, yaitu keluarga, kelompok bermain, media massa, dan lembaga
pendidikan sekolah. Pesan-pesan yang disampaikan agen sosialisasi berlainan dan tidak selamanya sejalan
satu sama lain. Yang diajarkan keluarga mungkin saja berbeda dan bisa jadi bertentangan dengan apa yang
diajarkan oleh agen sosialisasi lain. Proses sosialisasi akan berjalan lancar apabila pesan-pesan yang
disampaikan oleh agen-agen sosialisasi itu tidak bertentangan atau selayaknya saling mendukung satu sama
lain.
Sumber : Wikipedia
Sumber : Wikipedia